Aku Dan Majikanku
Domino Q Terbaik Indonesia - kali ini menceritakan pengalaman nyataku ketika aq masih umur 14 thn. Aq yang baru saja lulus dari bangku sekolah SD bingung mau kemana, untuk melanjutkan sekolah tidak mungkin sebab bapakku sudah 1 thn yang lalu meninggal. Sedangkan ibuku hanya penjual nasi bungkus di sekolahan dan kedua kakakku pergi entah kemana. Sebab sejak pamitan mau merantau ke lombok nggak pernah ada kabar bahkan sampai bapak meninggal pun juga nggak tau. Adik perempuanku yang masih duduk di bangku kelas 2 SD juga membutuhkan biaya.Akhirnya aq hanya bisa main-main saja sebab aq anak laki-laki satu-satunya aq mau kerja masih belum kuat dan takut untuk pergi merantau tanpa ada yang mengajak.
Pada suatu ketika ada saudara dari bapakku yang datang dengan seorang tamu laki-laki. Kata pakdeku dia membutuhkan orang yang mau menaga rumahnya dan merawat taman. Setelah aq berfikir panjang aq akhirnya mau dengan mempertimbangkan keadaan ibuku.
Berangkatlah aq ke kota malang tepatnya di perumahan daerah kampus. Aq sangat kagum dengan rumah majikan baruku ini, disamping rumahnya yang besar halamannya juga luas. Majikanku ini bernama pak Johan, Pak johan ini jajaran direksi di sebuah bang ternama di kota Malang, ia mempunya 2 anak perempuan yang satu baru saja berkeluarga dan yang bungsu masih duduk dibangku SMA kelas 3 namanya Indri, umurnya sekitar 18 tahunan. Sedangkan istri pak Johan membuka usaha sebuah toko buasana yang juga terbilang sukses di kota tersebut, dan masih ada satu pembantu wanita pak Johan namanya Bi Asih yang usianya sekitar 28 thn.
Teman Indri banyak sekali setiap sabtu malam selalu datang kerumah kadang pulang sampai larut malam, hingga aq tidak bisa tidur sebab harus menunggu mbak Indri pulang untuk mengunci gerbang, kadang juga begadang sampai jam 4 pagi. Mungkin kecapean atau memang ngantuk usai begadang sabtu malam minggu, yang jelas pagi itu mbak Indri masih terkunci dari dalam. Aq tak peduli sebab bagiku bukan tugasku untuk membuka kamar mbak Indri, aq hanya ditugasi menjaga rumah ketika pak Johan dan istrinya sedang kerja dan merawat taman saja.
Pagi itu pak Johan dan istrinya pamitan mau keluar kota untuk urusan pekerjaan, katanya baru pulang minggu malam sehingga dirumah itu tinggal aq, bi Asih dan mbak Indri. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi tapi mbak Indri masih belum bangun juga dan bi Asih sudah selesai memasak.
“Yoyok, aq mau ke pasar dulu tolong pintu gerbang di kunci”
“Iya Bi…!” jawabku sambil menyiram bunga didepan rumah. Setelah bi Asih pergi aq segera mengunci pintu gerbang.
Selesai menyiram bunga aq bermaksud mematikan kran yang berada di belakang rumah. Sesampai di depan kamar mandi aq mendengar ada suara air berkecipung kulihat kamar mbak Indri sedikit terbuka bearti yang mandi mbak Indri. Tiba-tiba timbul niat untuk mengintip mbak Indri. Aq mencoba mengintip dari lubang kunci, ternyata tubuh mbak Indri putih mulus dan toketnya terlihat padat dan kenyal, kuamati terus saat mbak Indri mengguyurkan air ketubuhnya, dengan perasaan dag dig dug aq masih belum beranjak dari tempatku semula,
Baru kali ini aq melihat tubuh seorang wanita tanpa tertutup sehelai benang. Sambil terus mengintip, tanganku juga memegangi batang kemaluanku yang memang sudah mengeras, kulihat mbak Indri menyabuni seluruh tubuhnya aq nggak melewatkan begitu saja sambil tanganku terus memegangi batang kemaluanku.
Aq cepat-cepat pergi, sebab mbak Indri sudah selesai mandinya namun karena gugup aq langsung masuk ke kamar WC yang memang berada di samping kamar mandi, disitu aq sembunyi sambil terus memegangi batang kemaluanku yang sejak tadi masih keras.
Lumayan lama aq berada di dalam wc sambil terus membayangkan yang baru aja kulihat, sambil terus merasakan nikmat aq tak tau kalau bi Asih berada didepanku. Aq baru tersadar saat bi Asih menegurku
“HAyooo.. ngapain kamu”
Aq kaget cepat-cepat kututp reseleting celanaku, sungguh betapa malunya aq.
Eng.. nggak Bi…” jawabku gugup sambil cepat-cepat keluar dari wc. Sialan aq lupa ngunci pintunya, geruruku sambil cepat-cepat pergi.
Esok harinya usai menyiram bunga, aq bermaksud ke belakang untuk mematikan kran, tapi karena ada bi Asih mencuci kuurungkan niat itu.
“Kenapa kok kembali?” tanya bi Asih.
“Ah.. nggak Bi…” jawabku sambil terus negeloyor pergi.
“Lho kok nggak kenapa? sini aja nemeni bibi nyuci, lagian kerjaanmu kan dah kelar, bantu bibi nyiramin air ke baju yang aka dibilas” pinta bi Asih.
Akhirnya aq pun menuruti permintaan bi Asih. Entah sengaja memancing atau memang kebiasaan bi Asih setiap mencuci selalu menaikan jariknya diatas lutut, melihat pemandangan seperti itu, jantungku langsung berdegup begitu kencang.
‘Mulusnya paha bi Asih ini’ kataku dlam hati, lalu bayanganku mulai jorok dan berimajinasi untuk bisa menggerayangi paha mulu bi Asih.
“Hehh! kenapa melihatnya begitu!” Tanya bi Asih membuyarkan lamunanku.
“Ehh.. ngg.. enggak Bi” jawabku gugup.
“Sebentar Bi, aq mau buang air besar” kataku, lalu aq segera masuk kedalam wc, tapi kali ini aq tak lupa mengunci pintu wc.
Di dalam wc aq hanya bisa membayangkan paha mulu bi Asih sambil memegangi batang kemaluanku yang memang sudah mengeras cuma waktu itu aq nggak merasakan apa-apa, cuma batang kemaluan ini tegang aja. Akhirnya aq keluar dan kulihat bi Asih masih mencuci,
“Ngapain kamu tadi didalam Yok?” tanya bi Asih.
“Ahh nggak Bi cuma buang air besar aja kok” jawabku sambil menyiramkan air pada cucian bi Asih.
“Ahh yang bener? aq tau kok, aq tadi sempat ngintip kamu, aq penasaran jangan-jangan kamu melakukan seperti kemarin eeeee… nggak taunya benar” kata bi Asih.
“Haaahh..? jadi bibi ngintip aq?” tanyaku sambil menunduk malu.
Tanpa banyak bicara aq langsung pergi.
“Lho… kok pergi, Yok? sini belum selesai nyucinya, tenan aja Yok aq nggak akan cerita kepada siapa-siapa, kamu nggak usah khawatir dan malu sama bibi” panggil bi Asih.
Kuurungkan niatku untuk pergi.
“Ngomong-ngomong gimana sih rasanya kalau kamu melakukan seperti tadi Yok? tanya bi Asih.
“Ahh nggak Bi” jawabku dengan malu-malu.
“Nggak gimana, Yok?” tanya bi Asih seolah-olah mau menyelidiki aq.
“Sudah lah Bi jangan diterusin aq malu”
“Malu sama siapa? lha wong disini cuma ada kamu sama bibi kok, mbak Indri juga sekolah, Pak Johan kerja?” kata bi Asih.
“Ya malu sama bibi lah, sebab bibi udah tau milikku” jawabku.
“Oalahhh gitu aja kok malu, sebelum tau milikmu aq sudah pernah tau sebelumnya milik mantan suamiku dulu, nikmat ya?”
“Apanya bi yang nikmat?” tanyaku
“Ya rasanya to…?” gurau bi Asih tanpa memperdulikan aq yang malu kepadanya.
“Sini Yok….” kata bi Asih sambil meyuruhku untuk mendekat, tiba-tiba tangan bi Asih memegang kemaluanku.
“Jangan Bi…!!!” sergahku sambil berusaha meronta, namun karena pegangannya kuat rasanya sakit kalau terus kupaksakan untuk meronta.
Akhirnya aq hanya terdiam saja ketika bi Asih memegang batang kemaluanku dari luar celanaku. Pelan pelan aq mulai menikmati pegangan tangan bi Asih pada kemaluanku. Aq hanya bisa diam sambil terus merem melek merasakan nikmatnya pegangan tangan bi Asih. Lalu bi Asih mulai melepas kancing celanaku dan melorotkan kebawah. Batang kemaluanku sudah mulai mengeras dan tanpa rasa jijik bi Asih berjongkok didepanku dan menjilati batang kemaluanku.
“Aachh Bi… geliiii” kataku sambil memegangi kepala bi Asih.
BI asih tak perduli dia terus saja menjilati batang kemaluanku, bi Asih lalu membuka kancing bajunya sendiri tapi tak semuanya, kuliat pemandangan yang menymebul di hadapanku yang masih terbungkus BH dengan ragu-ragu kepegangi. Tanpa merasa malu, bi Asih membuka tali BH nya dan membiarkan aq terus memegangi payudara bi Asih, dia mendesah sambil tanganya memegangi batang kemaluanku. Tanpa malu dan ragu ku kulum puting bi Asih.
“Oocchhh.. Yok… teruss Yok….”
Aq masih terus melakukan perintah bi Asih, setelah itu bi Asih memasukkan batang kemaluanku kedalam mulutnya. Aq hanya bisa mendesah sambil memegangi kepala bi Asih.
“Bi aq seperti mau pipis” lalu bi Asih segera melepaskan kulumannya dan menyingkapkan jaritnya yang bash, kuliat bi Asih tidak memakai CD.
“Sini Yok…” bi Asih mengambil posisi duduk, lalu aq mendekat. “Sini.. masukkan batangmu kesini” sambil tanganya menunjuk memeknya.
Dibimbingnya batang kemaluanku untuk masuk kedalam lubang memek bi Asih.
“Terus Yok keluarin, dan masukkin lagi ya….”
“Ya Bi…” kuturuti permintaan bi Asih, lalu aq merasakan seperti pipis, tapi rasanya sungguh nikmat sekali.
Setelah itu aq menyandarkan tubuhku pada dinding.
“Yok… gimana, tau kan rasanya sekarang?” tanya bi Asih sambil membenarkan tali BH nya.
“Iya Bi,,,,” jawabku.
Esok harinya setiap isi rumah menjalankan aktivitasnya, aq selalu melakukan adegan ini dengan bi Asih. Saat itu hari sabtu, kami nggak nyangka kalau mbak Indri pulang lebih awal. Saat kami tenga asyik ngentot, mbak Indri memergoki kami,
“Hah? apa yang kalian lakukan! kurang ajar! Awas nanti aq laporin sama papa mama, kalian!”
Melihat mbak Indri kami gugup dan bingung.
“Jangan mbak.. ampuni kami mbak” rengek bi Asih.
“Jangan laporin kami sama tuan, Mbak”
Aq pun juga takut kalau sampai dipecat, akhirnya kami menangis di depan mbak Indri, mungkin mbak Indri iba melihat kami berdua.
“Ya sudah jangan di ulang lagi perbuatan kalian!!! ” bentak mbak Indri.
“Ii.. iyaa mbak” jawab kami berdua.
Esok harinya seperti biasa mbak Indri selalu bangun siang kalau hari minggu, saat itu bi Asih juga sedang belanja sedangkan Pak Johan dan istrinya pergi ke gereja, saat aq menyiram bunga di taman, dari belakang kudengan mbak Indri memanggilku,
“Yookk!! cepat kesini!! teriak mbak Indri.
“Iya Mbak” aq pun bergegas kebelakang tapi aq tak menemukan mbak Indri.
“Mbak.. mbak Indri” pangilkku sambil mencari-cari mbak Indri.
“Yok tolong ambilin handuk dikamarku! aq tadi lupa nggak bawa handuk” teriak mbak Indri yang ternyata di dalam kamar mandi.
“Iya mbak…”
Aq pun segera mengambilkan handuk dikamarnya, setelah kuambilkan handuknya,
“Ini mbak handuknya” kataku sambil menunggu di depan pintu kamar mandi.
“MANA CEPAT…”
“Iya mbak, tapi…”
“Tapi apa!!!! pintunya dikunci….”
Aq bingung gimana cara memberikan handuk ini pada mbak Indri yang ada di dalam kamar mandi? Belum sempat aq berfikir, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Aq kaget hampir nggak percaya mbak Indri bugil di hadapanku.
“Mana handuknya” pinta mbak Indri.
“Ii… ini mbak” keberikan handuk itu pada mbak Indri.
“Kamu sudah mandi, Yok?” tanya mbak Indri sambil mengambil handuk yang keberikan.
“Be.. bbelum mbak”
“Kalau belum, ya… sini masuk sekalian mandi bareng sama aq” kata mbak Indri.
Belum sempat aq terkejut akan ucapan mbak Indri, tiba-tiba aq sudah berada dalam satu kamar mandi dengan mbak Indri, aq hanya bengong ketika mbak Indri melucuti kancing bajuku dan melepas celanaku, aq baru sadar ketika mbak Indri memegang batang kemaluanku.
“Mbak….” sergahku.
“Sudah nurut aja perintahku, kalau nggak mau aq laporin perbuatanmu dengan bi Asih pada papa” anacam mbak Indri
Aq nggak bisa apa-apa, sebagai laki-laki normal tentu perbuatan mbak Indri membangkitkan birahiku, sambil mbak Indri bermain-main di bawah perutku, bibir mbak Indri mencium bibirku, aq pun membalasnya dengan ciuman lembut. Llau kuciumi payudara mbak Indri yang padat dan kenyal. Mbak Indri mendesah, “Ooogghhh” Kuciumi, lalu aq tertuju pada selangkangan mbak Indri, kulihat bukit kecil ditengah-tengah paha mbak Indri yang ditumbuhi bulu-bulu halus, belum begitu lebat aq mencoba memegangnya. Mbak Indri diam saja, lalu aq mengarahkan bibirku diantara selangkangan mbak Indri.
Sebentar Yok..” kata mbak Indri, lalu mbak Indri mengambil posisi duduk dilantai kamar mandi yang memang cukup luas dengan kaki di kangkangkan lebar, ternyata mbak Indri memberi keleluasaan padaku untuk terus menciumi memeknya.
Melihat kesempatan itu tidak kusia-siakan, aq langsung memainkan memek mbak Indri dengan mulutku dan lidahku.
“Oougghh… Yok… Yok” erangan mbak Indri, aq merasakan ada cairan yang keluar dari lubang memek mbak Indri.
Melihat erangan nikmat mbak Indri kulepaskan ciumanku pada memek mbak Indri, seperti yang diajarkan bi Asih kumasukkan jari-jariku pada lubang memek mbak Indri. Mbak indri semakin mendesah,
“Oogghh Yok… teruss Yok….” desah mbak Indri.
Lalu kuarahkan batang kemaluanku pada memek mbak Indri. Slheebbb.. slheebbb… batang kemaluanku dengan mudah masuk dalam lubang mbak Indri, ternyata mbak Indri sudah tak perawan, kata bi Asih seorang dikatakan perawan kalau pertama kali berstubuh dengan laki-laki dari memeknya akan mengeluarkan darah, sedang saat kumasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang memek mbak Indri tidak kutemukan darah.
“Keluar masuk lagi batang kemaluanku seperti yang pernah kulakukan pada bi Asih sebelumnya.
“Mbak.. aq… mau keluarr mbak…”
“Keluarin didalam aja Yok…”
“Oogghh… mbak….”
“Yok… terus Yok….”
Saat aq sudah mulai keluar, kebenamkan selutuh batang kemaluanku kedalam memek mbak Indri, lalu gerakanku semakin cepat dan cepat.
“Oooogghhhh… teruss… Yokkk…”
Kulihat mbak Indri menikmati gerakanku sambil memegangi rambutku, tiba-tiba kurasakan ada cairan hangat menyembur batang kemaluanku saat itu juga aq juga merasakan ada yang keluar dar kemaluanku sungguh nikmat rasanya. Kami berdua masih terus berpelukkan keringat tubuh kami bersatu, lalu mbak Indri menciumku.
“Makasih Yok kamu hebat” bisik mbak Indri.
“Tapi aq takut mbak” kataku.
“Apa yang kamu takutkan, aq puas, kamu jangan takut, aq nggak bakal bilang sama papa” kata mbak Indri.
Lalu kami mandi bersama dengan tawa dan gurauan kepuasan.
Sejak saat itu setiap hari aq harus melayani 2 wanita, kalau dirumah hanya ada aq dan bi Asih, maka aq melakukannya dengan bi Asih. Sedang setiap hari minggu aq harus melayani mbak Indri, bahkan kalau malam hari semua sudah tidur, tak jarang mbak Indri mencariku diluar rumah tempat aq jaga dan di situ kami melakukannya.
Pada suatu ketika ada saudara dari bapakku yang datang dengan seorang tamu laki-laki. Kata pakdeku dia membutuhkan orang yang mau menaga rumahnya dan merawat taman. Setelah aq berfikir panjang aq akhirnya mau dengan mempertimbangkan keadaan ibuku.
Berangkatlah aq ke kota malang tepatnya di perumahan daerah kampus. Aq sangat kagum dengan rumah majikan baruku ini, disamping rumahnya yang besar halamannya juga luas. Majikanku ini bernama pak Johan, Pak johan ini jajaran direksi di sebuah bang ternama di kota Malang, ia mempunya 2 anak perempuan yang satu baru saja berkeluarga dan yang bungsu masih duduk dibangku SMA kelas 3 namanya Indri, umurnya sekitar 18 tahunan. Sedangkan istri pak Johan membuka usaha sebuah toko buasana yang juga terbilang sukses di kota tersebut, dan masih ada satu pembantu wanita pak Johan namanya Bi Asih yang usianya sekitar 28 thn.
Teman Indri banyak sekali setiap sabtu malam selalu datang kerumah kadang pulang sampai larut malam, hingga aq tidak bisa tidur sebab harus menunggu mbak Indri pulang untuk mengunci gerbang, kadang juga begadang sampai jam 4 pagi. Mungkin kecapean atau memang ngantuk usai begadang sabtu malam minggu, yang jelas pagi itu mbak Indri masih terkunci dari dalam. Aq tak peduli sebab bagiku bukan tugasku untuk membuka kamar mbak Indri, aq hanya ditugasi menjaga rumah ketika pak Johan dan istrinya sedang kerja dan merawat taman saja.
Pagi itu pak Johan dan istrinya pamitan mau keluar kota untuk urusan pekerjaan, katanya baru pulang minggu malam sehingga dirumah itu tinggal aq, bi Asih dan mbak Indri. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi tapi mbak Indri masih belum bangun juga dan bi Asih sudah selesai memasak.
“Yoyok, aq mau ke pasar dulu tolong pintu gerbang di kunci”
“Iya Bi…!” jawabku sambil menyiram bunga didepan rumah. Setelah bi Asih pergi aq segera mengunci pintu gerbang.
Selesai menyiram bunga aq bermaksud mematikan kran yang berada di belakang rumah. Sesampai di depan kamar mandi aq mendengar ada suara air berkecipung kulihat kamar mbak Indri sedikit terbuka bearti yang mandi mbak Indri. Tiba-tiba timbul niat untuk mengintip mbak Indri. Aq mencoba mengintip dari lubang kunci, ternyata tubuh mbak Indri putih mulus dan toketnya terlihat padat dan kenyal, kuamati terus saat mbak Indri mengguyurkan air ketubuhnya, dengan perasaan dag dig dug aq masih belum beranjak dari tempatku semula,
Baru kali ini aq melihat tubuh seorang wanita tanpa tertutup sehelai benang. Sambil terus mengintip, tanganku juga memegangi batang kemaluanku yang memang sudah mengeras, kulihat mbak Indri menyabuni seluruh tubuhnya aq nggak melewatkan begitu saja sambil tanganku terus memegangi batang kemaluanku.
Aq cepat-cepat pergi, sebab mbak Indri sudah selesai mandinya namun karena gugup aq langsung masuk ke kamar WC yang memang berada di samping kamar mandi, disitu aq sembunyi sambil terus memegangi batang kemaluanku yang sejak tadi masih keras.
Lumayan lama aq berada di dalam wc sambil terus membayangkan yang baru aja kulihat, sambil terus merasakan nikmat aq tak tau kalau bi Asih berada didepanku. Aq baru tersadar saat bi Asih menegurku
“HAyooo.. ngapain kamu”
Aq kaget cepat-cepat kututp reseleting celanaku, sungguh betapa malunya aq.
Eng.. nggak Bi…” jawabku gugup sambil cepat-cepat keluar dari wc. Sialan aq lupa ngunci pintunya, geruruku sambil cepat-cepat pergi.
Esok harinya usai menyiram bunga, aq bermaksud ke belakang untuk mematikan kran, tapi karena ada bi Asih mencuci kuurungkan niat itu.
“Kenapa kok kembali?” tanya bi Asih.
“Ah.. nggak Bi…” jawabku sambil terus negeloyor pergi.
“Lho kok nggak kenapa? sini aja nemeni bibi nyuci, lagian kerjaanmu kan dah kelar, bantu bibi nyiramin air ke baju yang aka dibilas” pinta bi Asih.
Akhirnya aq pun menuruti permintaan bi Asih. Entah sengaja memancing atau memang kebiasaan bi Asih setiap mencuci selalu menaikan jariknya diatas lutut, melihat pemandangan seperti itu, jantungku langsung berdegup begitu kencang.
‘Mulusnya paha bi Asih ini’ kataku dlam hati, lalu bayanganku mulai jorok dan berimajinasi untuk bisa menggerayangi paha mulu bi Asih.
“Hehh! kenapa melihatnya begitu!” Tanya bi Asih membuyarkan lamunanku.
“Ehh.. ngg.. enggak Bi” jawabku gugup.
“Sebentar Bi, aq mau buang air besar” kataku, lalu aq segera masuk kedalam wc, tapi kali ini aq tak lupa mengunci pintu wc.
Di dalam wc aq hanya bisa membayangkan paha mulu bi Asih sambil memegangi batang kemaluanku yang memang sudah mengeras cuma waktu itu aq nggak merasakan apa-apa, cuma batang kemaluan ini tegang aja. Akhirnya aq keluar dan kulihat bi Asih masih mencuci,
“Ngapain kamu tadi didalam Yok?” tanya bi Asih.
“Ahh nggak Bi cuma buang air besar aja kok” jawabku sambil menyiramkan air pada cucian bi Asih.
“Ahh yang bener? aq tau kok, aq tadi sempat ngintip kamu, aq penasaran jangan-jangan kamu melakukan seperti kemarin eeeee… nggak taunya benar” kata bi Asih.
“Haaahh..? jadi bibi ngintip aq?” tanyaku sambil menunduk malu.
Tanpa banyak bicara aq langsung pergi.
“Lho… kok pergi, Yok? sini belum selesai nyucinya, tenan aja Yok aq nggak akan cerita kepada siapa-siapa, kamu nggak usah khawatir dan malu sama bibi” panggil bi Asih.
Kuurungkan niatku untuk pergi.
“Ngomong-ngomong gimana sih rasanya kalau kamu melakukan seperti tadi Yok? tanya bi Asih.
“Ahh nggak Bi” jawabku dengan malu-malu.
“Nggak gimana, Yok?” tanya bi Asih seolah-olah mau menyelidiki aq.
“Sudah lah Bi jangan diterusin aq malu”
“Malu sama siapa? lha wong disini cuma ada kamu sama bibi kok, mbak Indri juga sekolah, Pak Johan kerja?” kata bi Asih.
“Ya malu sama bibi lah, sebab bibi udah tau milikku” jawabku.
“Oalahhh gitu aja kok malu, sebelum tau milikmu aq sudah pernah tau sebelumnya milik mantan suamiku dulu, nikmat ya?”
“Apanya bi yang nikmat?” tanyaku
“Ya rasanya to…?” gurau bi Asih tanpa memperdulikan aq yang malu kepadanya.
“Sini Yok….” kata bi Asih sambil meyuruhku untuk mendekat, tiba-tiba tangan bi Asih memegang kemaluanku.
“Jangan Bi…!!!” sergahku sambil berusaha meronta, namun karena pegangannya kuat rasanya sakit kalau terus kupaksakan untuk meronta.
Akhirnya aq hanya terdiam saja ketika bi Asih memegang batang kemaluanku dari luar celanaku. Pelan pelan aq mulai menikmati pegangan tangan bi Asih pada kemaluanku. Aq hanya bisa diam sambil terus merem melek merasakan nikmatnya pegangan tangan bi Asih. Lalu bi Asih mulai melepas kancing celanaku dan melorotkan kebawah. Batang kemaluanku sudah mulai mengeras dan tanpa rasa jijik bi Asih berjongkok didepanku dan menjilati batang kemaluanku.
“Aachh Bi… geliiii” kataku sambil memegangi kepala bi Asih.
BI asih tak perduli dia terus saja menjilati batang kemaluanku, bi Asih lalu membuka kancing bajunya sendiri tapi tak semuanya, kuliat pemandangan yang menymebul di hadapanku yang masih terbungkus BH dengan ragu-ragu kepegangi. Tanpa merasa malu, bi Asih membuka tali BH nya dan membiarkan aq terus memegangi payudara bi Asih, dia mendesah sambil tanganya memegangi batang kemaluanku. Tanpa malu dan ragu ku kulum puting bi Asih.
“Oocchhh.. Yok… teruss Yok….”
Aq masih terus melakukan perintah bi Asih, setelah itu bi Asih memasukkan batang kemaluanku kedalam mulutnya. Aq hanya bisa mendesah sambil memegangi kepala bi Asih.
“Bi aq seperti mau pipis” lalu bi Asih segera melepaskan kulumannya dan menyingkapkan jaritnya yang bash, kuliat bi Asih tidak memakai CD.
“Sini Yok…” bi Asih mengambil posisi duduk, lalu aq mendekat. “Sini.. masukkan batangmu kesini” sambil tanganya menunjuk memeknya.
Dibimbingnya batang kemaluanku untuk masuk kedalam lubang memek bi Asih.
“Terus Yok keluarin, dan masukkin lagi ya….”
“Ya Bi…” kuturuti permintaan bi Asih, lalu aq merasakan seperti pipis, tapi rasanya sungguh nikmat sekali.
Setelah itu aq menyandarkan tubuhku pada dinding.
“Yok… gimana, tau kan rasanya sekarang?” tanya bi Asih sambil membenarkan tali BH nya.
“Iya Bi,,,,” jawabku.
Esok harinya setiap isi rumah menjalankan aktivitasnya, aq selalu melakukan adegan ini dengan bi Asih. Saat itu hari sabtu, kami nggak nyangka kalau mbak Indri pulang lebih awal. Saat kami tenga asyik ngentot, mbak Indri memergoki kami,
“Hah? apa yang kalian lakukan! kurang ajar! Awas nanti aq laporin sama papa mama, kalian!”
Melihat mbak Indri kami gugup dan bingung.
“Jangan mbak.. ampuni kami mbak” rengek bi Asih.
“Jangan laporin kami sama tuan, Mbak”
Aq pun juga takut kalau sampai dipecat, akhirnya kami menangis di depan mbak Indri, mungkin mbak Indri iba melihat kami berdua.
“Ya sudah jangan di ulang lagi perbuatan kalian!!! ” bentak mbak Indri.
“Ii.. iyaa mbak” jawab kami berdua.
Esok harinya seperti biasa mbak Indri selalu bangun siang kalau hari minggu, saat itu bi Asih juga sedang belanja sedangkan Pak Johan dan istrinya pergi ke gereja, saat aq menyiram bunga di taman, dari belakang kudengan mbak Indri memanggilku,
“Yookk!! cepat kesini!! teriak mbak Indri.
“Iya Mbak” aq pun bergegas kebelakang tapi aq tak menemukan mbak Indri.
“Mbak.. mbak Indri” pangilkku sambil mencari-cari mbak Indri.
“Yok tolong ambilin handuk dikamarku! aq tadi lupa nggak bawa handuk” teriak mbak Indri yang ternyata di dalam kamar mandi.
“Iya mbak…”
Aq pun segera mengambilkan handuk dikamarnya, setelah kuambilkan handuknya,
“Ini mbak handuknya” kataku sambil menunggu di depan pintu kamar mandi.
“MANA CEPAT…”
“Iya mbak, tapi…”
“Tapi apa!!!! pintunya dikunci….”
Aq bingung gimana cara memberikan handuk ini pada mbak Indri yang ada di dalam kamar mandi? Belum sempat aq berfikir, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Aq kaget hampir nggak percaya mbak Indri bugil di hadapanku.
“Mana handuknya” pinta mbak Indri.
“Ii… ini mbak” keberikan handuk itu pada mbak Indri.
“Kamu sudah mandi, Yok?” tanya mbak Indri sambil mengambil handuk yang keberikan.
“Be.. bbelum mbak”
“Kalau belum, ya… sini masuk sekalian mandi bareng sama aq” kata mbak Indri.
Belum sempat aq terkejut akan ucapan mbak Indri, tiba-tiba aq sudah berada dalam satu kamar mandi dengan mbak Indri, aq hanya bengong ketika mbak Indri melucuti kancing bajuku dan melepas celanaku, aq baru sadar ketika mbak Indri memegang batang kemaluanku.
“Mbak….” sergahku.
“Sudah nurut aja perintahku, kalau nggak mau aq laporin perbuatanmu dengan bi Asih pada papa” anacam mbak Indri
Aq nggak bisa apa-apa, sebagai laki-laki normal tentu perbuatan mbak Indri membangkitkan birahiku, sambil mbak Indri bermain-main di bawah perutku, bibir mbak Indri mencium bibirku, aq pun membalasnya dengan ciuman lembut. Llau kuciumi payudara mbak Indri yang padat dan kenyal. Mbak Indri mendesah, “Ooogghhh” Kuciumi, lalu aq tertuju pada selangkangan mbak Indri, kulihat bukit kecil ditengah-tengah paha mbak Indri yang ditumbuhi bulu-bulu halus, belum begitu lebat aq mencoba memegangnya. Mbak Indri diam saja, lalu aq mengarahkan bibirku diantara selangkangan mbak Indri.
Sebentar Yok..” kata mbak Indri, lalu mbak Indri mengambil posisi duduk dilantai kamar mandi yang memang cukup luas dengan kaki di kangkangkan lebar, ternyata mbak Indri memberi keleluasaan padaku untuk terus menciumi memeknya.
Melihat kesempatan itu tidak kusia-siakan, aq langsung memainkan memek mbak Indri dengan mulutku dan lidahku.
“Oougghh… Yok… Yok” erangan mbak Indri, aq merasakan ada cairan yang keluar dari lubang memek mbak Indri.
Melihat erangan nikmat mbak Indri kulepaskan ciumanku pada memek mbak Indri, seperti yang diajarkan bi Asih kumasukkan jari-jariku pada lubang memek mbak Indri. Mbak indri semakin mendesah,
“Oogghh Yok… teruss Yok….” desah mbak Indri.
Lalu kuarahkan batang kemaluanku pada memek mbak Indri. Slheebbb.. slheebbb… batang kemaluanku dengan mudah masuk dalam lubang mbak Indri, ternyata mbak Indri sudah tak perawan, kata bi Asih seorang dikatakan perawan kalau pertama kali berstubuh dengan laki-laki dari memeknya akan mengeluarkan darah, sedang saat kumasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang memek mbak Indri tidak kutemukan darah.
“Keluar masuk lagi batang kemaluanku seperti yang pernah kulakukan pada bi Asih sebelumnya.
“Mbak.. aq… mau keluarr mbak…”
“Keluarin didalam aja Yok…”
“Oogghh… mbak….”
“Yok… terus Yok….”
Saat aq sudah mulai keluar, kebenamkan selutuh batang kemaluanku kedalam memek mbak Indri, lalu gerakanku semakin cepat dan cepat.
“Oooogghhhh… teruss… Yokkk…”
Kulihat mbak Indri menikmati gerakanku sambil memegangi rambutku, tiba-tiba kurasakan ada cairan hangat menyembur batang kemaluanku saat itu juga aq juga merasakan ada yang keluar dar kemaluanku sungguh nikmat rasanya. Kami berdua masih terus berpelukkan keringat tubuh kami bersatu, lalu mbak Indri menciumku.
“Makasih Yok kamu hebat” bisik mbak Indri.
“Tapi aq takut mbak” kataku.
“Apa yang kamu takutkan, aq puas, kamu jangan takut, aq nggak bakal bilang sama papa” kata mbak Indri.
Lalu kami mandi bersama dengan tawa dan gurauan kepuasan.
Sejak saat itu setiap hari aq harus melayani 2 wanita, kalau dirumah hanya ada aq dan bi Asih, maka aq melakukannya dengan bi Asih. Sedang setiap hari minggu aq harus melayani mbak Indri, bahkan kalau malam hari semua sudah tidur, tak jarang mbak Indri mencariku diluar rumah tempat aq jaga dan di situ kami melakukannya.
Post a Comment