Header Ads

NIKMATNYA LEMBUR KERJA SAMBIL BERCINTA

NIKMATNYA LEMBUR KERJA SAMBIL BERCINTA
Poker Online Uang Asli Indonesia - Nama panggilanku novi. usiaku kini 25 tahun dan aku bekerja di sebuah perusahaan milik swasta di Surabaya.
Aku anak campuran Jawa-Jepang, namun secara fisik, banyak orang berfikir aku Chinese karena warna kulitku putih dan bola mataku yang besar. Aku tergolong wanita yang kurus dan tinggi badan 175 cm dan berat 60kg.

Namun aku merasa memiliki bentuk tubuh yang bagus, kaki yang panjang, dan payudara ku yang tidak besar namun padat dan kencang. Sejak dari remaja, kehidupanku cukup ‘bebas’ .Selama aku cocok dan dia cocok, aku it’s ok sajalah. Mungkin sikap ini juga yang membuatku belum mendapatkan pasangan ‘resmi’ hingga sekarang, tapi…, aku toh enjoy aja dengan ini semua.

Waktu itu akhir bulan ,Karena akhir bulan, seperti biasa aku sibuk mengevaluasi laporan hasil kerja anak buahku, dan menuliskan laporan untuk atasanku. Karena waktu sudah sangat sempit, aku memutuskan untuk bekerja overtime sampai selesai. Gedung perkantoran tempatku bekerja tergolong pelit, mereka mematikan lampu dan listrik utama setelah lewat pukul enam sore. Karena itu aku menyewa sebuah ruang khusus yang memang disediakan gedung itu untuk orang-orang yang ingin lembur. Ruangan itu kecil sekali, berukuran 3×3 meter, tidak berjendela,dan AC-nya tidak begitu dingin.

Karena AC yang kurang bagus, aku merasa kegerahan dan haus. Ketika aku membuka pintu, aku melihat seorang Lelaki sedang mengambil air di dispenser . Nah, aku lega bahwa ternyata dispenser itu masih ada air. Aku segera menghampiri dispenser itu, mengambil gelas, dan menuangkan air ke gelasku. Lelaki yang sedang minum tadi tersenyum sambil menyapaku, aku tersenyum balik. Lelaki itu berbadan besar, tingginya sekitar 175cm-an . Ia tidak terlalu kurus atau gemuk, meskipun tidak juga berbentuk seperti binaragawan. Tubuhnya terbungkus rapi oleh kemeja warna hijau muda dan di lehernya terikat dasi bercorak ramai. Wajahnya pun biasa saja.
“lembur juga ya, Mbak?”, Tanyanya kepadaku
“Iya, biasalah Mas, akhir bulan. Pas hari Jumat lagi.”
“Oh, pasti lagi nyelesaikan laporan yah?
“Iya, untung udah selesai barusan saja.”
Lelaki itu berkesan begitu sopan dan ramah, matanya sedari tadi memandang hanya ke mataku, tidak ke arah kemejaku yang dua kancing atasnya terbuka, sehingga nampak putihnya kulit dadaku mengintip keluar,

“Oh ya, kita belum kenalan, Namaku Albert.” Katanya sambil mengulurkan tangannya mengajak berjabatan tangan.
“Aku novi.” Jawabku sambil tersenyum
“novi pulang nanti naik apa?
“Oh, aku bawa mobil sendiri. Kalau kamu?”.
“Aku naik mobil juga…, Eh, novi keberatan nggak kalau kita makan malam bareng setelah ini?”.
Wah, orang ini ‘direct’ juga yah? pikirku kegirangan.
“Boleh aja, apa Albert nggak ada yang nungguin di rumah?”.
“Ah, belum kok.” Jawabnya sambil mengerdipkan mata kiri dan tersenyum manis.
“OK, aku akan beres-beres dulu yah!”, Kataku sambil melangkah balik ke bilikku.
Aku segera mengemasi notebook dan kertas-kertas kerjaku secara terburu-buru. Ada yang aneh di pikiranku. Aku merasakan ada gairah yang mendorongku untuk berhubungan lebih intim dengan Albert. Padahal orangnya biasa saja, kulitnya rada gelap, rambutnya cepak, wajahnya biasa saja meski ukuran tubuhnya memang cukup besar untuk ukuran orang sini. Tapi cara dia bicara, cara dia tersenyum, cara dia memandang mataku, benar-benar hangat, namun tidak nakal atau kurang ajar. Nyatanya, ia tidak berusaha mencuri pandang ke arah yang tidak-tidak seperti Lelaki lainnya yang pernah ketemu aku. Hmm… Kira-kira apakah dia ada keinginan untuk bercumbu denganku atau tidak yaa?
Selagi aku asyik mengkhayalkannya, terdengar ketukan di pintu.
“Masuk!” Kataku sambil berharap bahwa itu adalah Albert.
Ternyata benar, Albert berdiri di pintu itu sambil menenteng tas notebook di tangan kanannya. Dasinya telah dilepas, dan kancing bajunya terbuka yang di atasnya, sehingga nampak rambut-rambut halus di situ.
“Gimana, udah selesainov?”, Tanyanya.
“Iya, udah, tapi sewa overtime nya sampai jam sepuluh nih, jadi masih rugi kalau aku tinggalkan sekarang!” Aku mencoba mengajak bercanda.
“Haha, pelit juga kamu, nov! Boleh aku masuk?”.
“Silakan aja, asalkan kamu nggak keburu pulang”.
“Ah, nggak kok, ini kan Jumat, biasanya juga pulang telat”.
“Biasanya kemana aja kalau Jumat malam?”.
“Paling-paling pergi sama teman-teman main badminton atau minum minum”.
“Oh, seru dong? Apa sekarang nggak Bertungguin teman-temannya?”.
“Ah,
kan kita tadi ada janji makan bareng. Sekali-kali boleh kan ganti suasana?”
Ia duduk di meja kerja, sementara aku duduk di kursi kerjaku yang tadi.
“Wah, panas sekali di sini…, AC-nya kurang bagus yah?” Katanya sambil menggulung lengan bajunya ke atas, dan membuka satu lagi kancing baju di dadanya. Aku menahan diri untuk tidak melihat ke arah rambut-rambut di dadanya,

“nov, kamu nggak panas pakai blazer di ruang kaya gini?” Tanyanya dengan nada yang terkesan wajar, meski mungkin saja tujuannya nakal.
“Wsebenarnya iya sih…, boleh nggak aku copot blazernya?”
“Hahaha, kok pakai minta izin segala sih ini kan kantor kamu?.
Humornya membuatku tertawa geli, tapi juga sekaligus membuatku ingin berbuat lebih jauh dengannya. Maka aku berdiri dari kursi, dan melepaskan blazerku dengan gaya yang aku buat-buat agar nampak seksi. Aku menunggu apa reaksi dia kalau dia melihat bahwa ternyata kemeja yang aku kenakan ini tidak berlengan, sehingga kehalusan bahuku bebas dilihatnya.
“Wah, ternyata nggak ada lengannya toh?, Bisa-bisa nanti orang hanya menempelkan selembar kain saja di bawah blazer”. Candanya mengomentari.
“Sialan, aku kira kamu akan bilang aku seksi, Bert!”, Jawabku menggoda.
“Hihihi, ada-ada saja. Tapi thanks lho!”, Kataku sambil mengerdipkan mata.

Tiba-tiba dia berkata lagi, “Kamu nggak mau gak aku pijitin?” Kan kalau di film-film semi, adegan cewe buka blazer dilanjut dengan adegan pijit itu trus berlanjut dengan adegan yang biasanya disensor?”.
Ya ampun…, caranya begitu jantan sekali dan sama sekali nggak kurang ajar…, Aku jadi luluh juga dibuatnya, dan aku jadi rela untuk menyerahkan tubuhku padanya…, meski sebenarnya akulah yang menginginkannya.
Aku segera menjawab, “Terserah deh, tapi nggak usah disensor juga nggak apa-apa kok”.
“OK deh, itu berarti adegan yang disensor itu bisa aja dilakukan nanti?”Katanya, sambil berdiri di belakang kursiku dan mulai memijit bahuku.

Tiba-tiba tangannya langsung turun meremas kedua payudaraku yang masih terbungkus bra itu. Tangannya diam di situ, dan dia bilang, “Tuh kan? apa aku bilang? kalau kamu buat-buat gitu, tanganku jadi memijit bagian yang lain!” Katanya sambil bercanda…, padahal aku sudah mabuk kepayang dan ingin tangannya segera meremas kedua payudaraku.
“Udahlah Bert…, sekarang kita mulai aja deh”, Kataku dengan nada serius.
“Baiklah, Saya juga ingin melakukannya sejak tadi, kalau kamu yang minta oke lah!”, Katanya.
Ia pun langsung menurunkan bra-ku ke bawah, hingga kedua payudaraku kini terbuka lebar. Ia memutar kursiku hingga kami kini berhadapan. Ia berlutut di depanku, matanya menatap mataku yang telah sayu terlanda birahi. Aku menggerakkan tanganku untuk melepas kacamata minusku, namun ia menghalanginya.
“Nggak apa-apa, nov..Aku senang melihat kamu dengan kaca mata itu…, seksi sekali!” Katanya sambil mengedipkan mata kiri.
Tanpa banyak kata, ia lalu memajukan kepalanya dan mengulum bibirku, aku terpejam ketika merasakan lidahnya menerobos mulutku. Aku agak terkejut ketika ia melepaskan bibirnya dari bibirku. Belum sempat aku membuka mata, aku sudah merasakan jilatan lidahnya membasahi leherku , merambat menyusuri bahuku…, hangat sekali rasanya.
Aku mulai merintih pelan sambil menengadahkan kepalaku. Sementara lidahnya melingkar-lingkar mengolesi leherku, turun ke belahan dadaku…, menari-nari di situ…, uhh…, aku semakin tak karuan rasanya.
“Augh, auuhhh…. ahhhhhh
“Wah…, ketahuan nih, udah pengen yaa?”, Godanya nakal. Aku sudah kesetanan, segera kudekap kepalanya dan kutarik mendekati dadaku, dan ku tempelkan ke kedua dadaku agar ia segera mengulum puting payudaraku. Dia malah berkata lagi, “Iya, iya aku tahu maksudnya kok…,
“Uhgkk”, Mulutnya menangkap puting payudaraku yang kanan, lidahnya menari lembut, aduuh…, rasanya gelii dan nikmaat sekali…,
Kini lidahnya berpindah ke puting payudaraku yang kiri, mengait-ngaitnya…, Aduuhh aku semakin lupa daratan, Aku nggak tahu kenapa, tapi jilatan Albert rasanya begitu berbeda, benar-benar membuatku seperti melayang-layang kegelian, rasanya seluruh badanku kehilangan energi…, lemas sekali, tapi terasa nikmaat sekali. Puting payudaraku yang kanan kini dipilin-pilinnya.

Tiba-tiba ia terhenti. “nov, naik ke meja dong?”, Katanya sambil mendirikan tubuhku. Karena sudah terangsang tak karuan, aku menurut saja ketika ia menelentangkan tubuhku di meja kantor, kemejaku telah terbuka kancingnya, namun ia tidak melepasnya, hanya menyingkirkan ke kiri kanan. Aku sempat tertegun melihat kemeja Albert masih tampak rapi, hanya celananya saja yang terlihat menonjol karena desakan kejantanannya. Aku tertegun juga ketika melihat kedua puting payudaraku terlihat kemerahan, dan berdenyut denyut . Aku segera kembali terpejam ketika mulut rakusnya kembali menyerang kedua payudaraku. Puting-putingku dijilat, dihisap, digigit, dan aku tak tahu diapakan lagi…, rasanya luar biasa nikmat. Aku hanya bisa telentang di meja itu sambil terengah-engah dan menggelinjang menahan serbuan birahi.
“Ahhkk…, sshh…, mmh…”, Aku mendesah . Sementara tangan kananku mulai gatal dan menyusup kebalik rok mini dan celana dalamku, menggosok-gosok bibir kemaluanku yang rupanya telah lembab dan basah sekali dari tadi.
Kini Albert memilin-milin kedua puting payudaraku dengan jari-jarinya, dan lidahnya menyusuri perutku yang langsing, menjilati puMurku. Lidahnya mendarat di tempat-tempat tak terduga yang memberiku sensasi yang luar biasa selain pilinan jarinya pada puting payudaraku. Paha bagian dalamku tak luput dari jilatan-jilatannya yang mesra dan buas. Disingkapkannya rok miniku ke atas, lalu jemarinya kembali ke puting payudaraku seolah tak membiarkan mereka istirahat. Digigitnya karet celana dalamku, secara refleks aku merapatkan kaki dan mengangkat punggungku agar ia mudah melepaskannya. Aku tak tahu diapakan, tapi celana dalamku segera lepas. Secara sukarela aku mengangkangkan kedua tungkaiku lebar-lebar agar ia bisa memandangi vaginaku yang telah membanjir karena ulahnya,

Albert melepaskan kedua putingku, lalu menekan pahaku keluar, agar ia lebih bebas lagi memandangi kewanitaanku. Aku hanya terengah-engah memandangi langit-langit dalam keadaan terangsang sekali. Akhirnya aku mampu menarik nafas panjang, karena kedua putingku tak lagi menerima sengatan birahi darinya. Tapi tiba-tiba kurasakan hawa dingin di kewanitaanku, ia meniup-niupnya, memberiku rasa geli yang aneh…, membuatku semakin tak tahan lagi, ingin ia segera menancapkan penisnya ke ke vaginaku
“Ohh…, cepatlahh berto…, ayo…, ucapku,,,
“nov…, badan kamu indah sekali…, luar biasa…, cantik sekali”.
“Please, lakukan sesuatu…” Aku merintih memintanya segera menyelesaikannya.”Ahhgg…”, Aku menjerit dan menggelinjang hebat ketika lidahnya tiba-tiba menyayat clitorisku dengan cepat dan tajam. Lalu kewanitaanku seperti diselimuti oleh sesuatu yang basah, panas, dan lunak, terhisap-hisap, dan clitorisku tersayat-sayat oleh sesuatu.
Karuan saja aku makin tak tahan, menggeliat-geliat tak karuan, punggungku terangkat-angkat dari meja itu, mataku tak mampu kubuka, nafasku kian terasa berat, rasanya gelii sekali…, nikmat tak terkira, “Oohh…, Alberto…, uuhh…, enaak sekalii…, sshh…, kamu apain akuu…, aduuhh”.
Rintihanku kian tak terkendali, aku segera memlintir-mlintir kedua puting payudaraku untuk menambah kenikmatan, meremas kedua payudaraku yang kenyal, sementara Albert tak henti mengirimkan kehangatan birahi lewat bibir kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut Albert kian buas menerpa kewanitaanku. Apalagi ketika jarinya Bertusukkannya ke dalam liang kewanitaanku, dan menari-nari di dalamnya…, Aduuh…, benar-benar tak terperi nikmatnya.
Tusukan jari Albert menyentuh tempat yang tepat…, berkali-kali…, Aduhh…, terasa seluruh energiku seperti terhisap ke tempat itu…, terkumpul di situ…, lalu meledak.
“Aahhgg Albert…, uhh..”, Aku segera mencapai klimaks. Orgasme yang luar biasa sekali…, merenggut sebagian kesadaranku…, hingga kini aku terkulai lemas. Aku mencoba mengatur nafas…, tapi sia-sia…, kenikmatan ini benar-benar membuatku terbang melayang. Aku terpejam, merasakan nikmatnya diriku terombang-ambing ke alam tak sadar…, menggumam.
“mmhh…, Albert…, nikmat sekali…, hh”.
“novi, mau istirahat dulu?”.
“Ngghh…, nggak…, langsung aja, goyang yang cepat! sekarang!”, Aku tak mampu mengontrol pilihan kataku lagi, birahiku telah menguasai diriku.
“Well, baik kalau begitu..”, Itu kata terakhir yang kudengar dari Albert, lalu sambil hanya dapat memandangi langit-langit aku merasa pahaku dikangkangkan, tiba-tiba…, sspp…, Kejantanannya mengisi tiap rongga di liang kewanitaanku ini.
“Aduuhh…, Ohh…, terusin sayangghh…, deeper…”, Aku merintih tak karuan ketika ia mulai menggerakkan tubuhnya. Ia berdiri sementara aku telentang di meja, jelas ia sangat leluasa menggerakkan tubuhnya, kejantanannya terasa menyodok dan menggerus-gerus seluruh bagian dalam kewanitaanku dengan buas dan garangnya.
Aku tak mampu bergerak membalas karena masih lemas oleh orgasme yang pertama tadi…, namun persetubuhan ini rasanya lebih hebat lagi…, rasa-rasanya seluruh tubuhnya memasuki liang kewanitaanku, aku hanya memejamkan mata, menggeliat, merintih. “Uhh…”. Sodokan-sodokan kejantanannya terasa kian dalam menerobos daMur kewanitaanku telapak-telapak tangannya yang kaMur tak henti meremas dan memegang kedua payudaraku.
Beberapa menit kemudian, Albert tiba-tiba menarik kejantanannya dari kewanitaanku, lalu dengan begitu cepat membalikkan tubuhku hingga kini badanku tengkurap di meja, namum kakiku menjuntai ke lantai, puting payudaraku terasa geli merasakan dinginnya meja kantor itu, aku hanya terengah.
Albert menikamkan kejantanannya lagi ke lubang kewanitaanku dari belakang…, “Uffhh…”, sensasi yang berbeda lagi…, ia mengocok tubuhku keras sekali hingga meja itu bergoyang-goyang, saat itu juga, aku merasakan klimaks menyambar tubuhku…, kewanitaanku serasa mengejang, menggigit kejantanan Albert, kedua tanganku mencengkeram ujung meja kuat-kuat, tubuhku menegang, dan aku merasakan adanya gelombang kenikmatan yang menyapu jiwaku, merenggut tenagaku, aku menjerit tertahan “Ahkk!”. Lalu aku merasakan nikmat yang luar biasa dan tubuhku serasa lemas sekali.
“Aduuh…, Bertt…, Enakk sekali.., hh”.
“Tahan sebentar, ya novi…, bisa kan?”, Jawabnya sambil mempercepat gerakannya.
“Ahhkk…, sakit…, pelan-pelan dongg..”, Kewanitaanku terasa ngilu.
“Sebentar saja yang…, sebentaar lagii”.
“Ohh…, Uhhg…, Ngg..”, Aku mengerang-erang menahan ngilu, namun rasa sakit itu tak bertahan lama ketika tiba-tiba kehangatan kembali mengalir lewat kewanitaanku. Aku serasa melambung lagi oleh orgasme yang ketiga, ketika sperma Albert menyembur menghangatkan sudut-sudut liang kewanitaanku. Kali ini, kenikmatan itu mengantarkanku ke alam tak sadar untuk beberapa saat.
Cukup lama aku tertelungkup di meja itu, terengah-engah, dibanjiri keringat, lemas sekali seperti setengah pingsan. Yang dapat kurasakan hanya rasa nikmat dan kepuasan tiada tara, aku sempat melihat Albert melemparkan tubuhnya ke kursi kerja, lalu memejamkan matanya.
Beberapa saat kemudian, aku tersadar. Dengan sisa tenagaku aku mencoba berdiri dan merapikan kemejaku yang telah kusut tak karuan karena habis bersetubuh tanpa melepaskan pakaian. Tak kukenakan kembali celana dalamku karena telah sedikit basah oleh cairan kenikmatanku ketika foreplay tadi.
Kukenakan kembali blazerku, kulihat Albert sedang berdiri bersandar di pintu tanpa ada kusut sedikitpun di kemejanya, namun wajahnya tampak berseri-seri.
“novi, udah jam sepuluh seperempat!”.
“Iya, sudah waktunya pulang nih”.
“Nah, dengan begini kamu nggak rugi kan?”.
“Apanya yang nggak rugi?”.
“Kan bayar sewa ruang overtimenya sampai jam sepuluh!?”.
Kami tertawa-tawa lagi. Lalu berjalan menuju tempat parkir mobil kami di lantai lima. Di lift, sebenarnya ingin juga sekedar berpelukan atau berciuman, tapi sayang sekali satpam gedung ikut berada di lift, senyam senyum memandangi wajah-wajah kami yang kusut meski berseri-seri. Semenjak itu, aku masih beberapa kali lagi melakukannya dengan Albert, sampai ia dipindah tugaskan menjadi kepala pemaMuran di daerah lain. Dan aku?
Well…, Ia memang luar biasa, tapi availability ialah segalanya, bukan? Aku kembali mengejar karier, sambil bertualang dari satu pelukan ke pelukan lain para Lelaki (dan kadang-kadang wanita) yang aku taklukkan dengan tubuhku.

1 komentar:


  1. Cari Situs Judi AGEN BANDARQ TERBAIK Online yang aman dan terpercaya ?
    Solusinya hanya di NAGAQQ
    Bonus Refferal 20%
    Bonus Turn Over 0,5%
    1 ID dapat bermain 4 game sekaligus lohh..
    Ayo daftar dan gabung sekarang juga,,
    WHATSAPP : +855967014811
    PIN BB : 2B209F68

    BalasHapus

Clara Mahasiswi Jilbab Cantik Di Kampus

  Agen Poker Terbaik - “tolong ke ruangan saya sebentar” sebuah pesan singkat dari dosen sekaligus pembimbing gw dulu. Dari ruang kerja k...